//
you're reading...
Contemplation Corner

[iqro]: Hati,..

Di awal tahun berita yang aku denger bukannya makin “indah” tapi justru makin bikin miris hati..Banyak PHK dimana2…Belum lagi pagi ini baca posting di salah satu milis yg ku ikutin yang isinya seputar ramalan dari Prof Olip Bastupa yang “meramalkan” ada kehancuran old world dan bangkitnya new world pada tahun 2026 yang diawali ma 3 tahap GENOCIDE (pemusnahan umat manusia)dengan tujuan menyisakan manusia-manusia yang unggul dan memusnahkan sebagian yang lain.

Yang tidak waras…

Yang cacat…

Yang tua dan tidak produktif…

Yang miskin..

Yang bodoh…

Yang korup dan egois..

Duuuuuuuuuuh…..

Dimana tempat untuk ketidaksempurnaan?  

Bagiku (sebagai manusia) tidak ada posisi yang SEMPURNA .Yang ultimate dan tidak terbantahkan. Hanya Tuhan yang memiliki status itu…

Tapi bukan berarti manusia hanya duduk diam dan menerima ketidaksempurnaannya saja..

Manusia punya hati, akal dan emosi untuk mencapainya..berusaha mencapai kesempurnaan…Continous improvement alias KAIZEN sambil tetap menjaga keseimbangan hidupnya secara holistik..  

Jadi ingat hari-hari dimana aku habiskan waktu untuk berdebat dengan seorang teman yang ngotot mengaku dan minta diakui bahwa dirinya sempurna untuk menutupi ketidaksempurnaannya yang tampak.

Ironis memang..Tapi itulah fakta..Prihatin…

Mau tidak mau ini memberi aku pelajaran yang berharga..Pentingnya social skill misalnya hubungan dan komunikasi interpersonal, empati dll yang kini makin punya porsi lebih dalam semua aspek hidup.

Dulu semua menilai keunggulan hanya dari otak yang diukur dengan IQ..

Sekarang? Itu mah dah out of date..EQ, ESQ saat ini jadi kriteria untuk mengukur keunggulan seseorang dan bisa jadi alat prediksi kesuksesan seseorang.

Coba baca cerita sukses tokoh-tokoh dunia ato tips sukses ala author2 ato praktisi terkenal dunia..pasti ada unsur social skill sebagai salah satu syarat kesuksesan disamping faktor2 lain tentunya.Udah jadi berita umum apabila seseorang yang pinter, kadang lulusan luar negeri pula tapi minus social skill, nasibnya cuman ditolak perusahaan sana-sini..

Sekali lg ini ironis..terutama buat kalangan yang hanya mendewa-dewakan kemampuan otak semata tapi minus pengetahuan yang berhati..Hasilnya? Koruptor dimana-mana…

Belum lagi banyaknya orang-orang yang sombong, yang berpikir merekalah yang paling unggul sehingga selalu merendahkan orang lain. 

Di suatu kesempatan ngobrol dengan Rektor ITS, Bp. Moh Nuh, beliau kembali menekankan pentingnya hati dalam hidup. Pentingnya keseimbangan nilai-nilai dalam hidup karena kini bukan lagi eranya INDUSTRI..

Saat ini adalah eranya KNOWLEDGE yang ber”hati”.. 

Memori kembali lagi pada kejadian besar di kantor akhir-akhir ini yang muaranya dari hal yang terdengar sepele. Apa itu? Kepekaan pada lingkungan..

Beruntung aku lahir di keluarga yang selalu menitik beratkan pada pentingnya kepekaan sosial dan empati..Menjaga keseimbangan…Seperti halnya pesan dalam kartu 2 of pentacles..Juggling the balls..

Semoga banyak orang lain yang berpikir hal yang sama denganku..dan banyak yang berbuat lebih untuk dunia dari sekedar menulisnya di blog.

Amin 

If there is the light in the soul,

There is a beauty in the person,..

When there is a beauty in the person,

There is harmony in the house..

Wheen there is harmony in the house,

There is an order in the nation..

When there is an order in the nation,

There will be peace in the world !!!

Surabaya, re-writen from my old article dated October, 27 2005

About shitadewi

D.Rishita Dewi | @shitadewi Shita Dewi, panggilan akrab dari Dian Rishita Dewi, adalah seorang yang selalu jatuh cinta pada kehidupan yang ada di sekelilingnya, baginya semesta adalah sumber inspirasi yang tak kunjung habis untuk dicermati, dipahami, diselami dan dituliskan kembali,… Dengan menulis, Shita Dewi yang lahir di tanggal 11 Januari 1977 ini percaya bahwa menulis adalah bagian dari penyelarasan antara jiwa dengan raganya, antara hati dengan alam pikir dan imajinasinya, penyeimbang ditengah kegiatannya sebagai wanita karir yang mengabdi di salah satu perusahaan Astra Group, certified hypnotherapist dan trainer seminar-workshop hypnotheraphy dan part-timer coach Marketing, konselor Tarot serta sebagai seorang istri dari George Erlangga Siregar. Sejak kecil Shita Dewi memilih menulis sebagai sarana untuk mewujudkan impian masa kecilnya meskipun hanya dalam bentuk buku harian yang beberapa diantaranya sempat dimuat di majalah sekolah dalam bentuk cerita pendek, namun secara tak terduga justru impian masa lalu yang tertuang dalam bentuk cerita itu telah mewujud dalam kehidupan nyata yang kini dia alami. Tak heran jika, Shita Dewi ingin tetap menulis, dengan keyakinan bahwa menulis akan membawanya pada perwujudan dari impian-impiannya. Melihat, Berpikir, Inspirasi, Berbuat, Menjadi

Discussion

No comments yet.

Leave a Reply

Please log in using one of these methods to post your comment:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

January 2008
M T W T F S S
 123456
78910111213
14151617181920
21222324252627
28293031  

Pages

MindEvolution Theraphy

+6289678416066
Mon-Fri : 19.00-23.00
Saturday: 15.00-18.00

Statistik Blog

  • 22,368 hits

@shitadewi

shitadewi

shitadewi

D.Rishita Dewi | @shitadewi Shita Dewi, panggilan akrab dari Dian Rishita Dewi, adalah seorang yang selalu jatuh cinta pada kehidupan yang ada di sekelilingnya, baginya semesta adalah sumber inspirasi yang tak kunjung habis untuk dicermati, dipahami, diselami dan dituliskan kembali,… Dengan menulis, Shita Dewi yang lahir di tanggal 11 Januari 1977 ini percaya bahwa menulis adalah bagian dari penyelarasan antara jiwa dengan raganya, antara hati dengan alam pikir dan imajinasinya, penyeimbang ditengah kegiatannya sebagai wanita karir yang mengabdi di salah satu perusahaan Astra Group, certified hypnotherapist dan trainer seminar-workshop hypnotheraphy dan part-timer coach Marketing, konselor Tarot serta sebagai seorang istri dari George Erlangga Siregar. Sejak kecil Shita Dewi memilih menulis sebagai sarana untuk mewujudkan impian masa kecilnya meskipun hanya dalam bentuk buku harian yang beberapa diantaranya sempat dimuat di majalah sekolah dalam bentuk cerita pendek, namun secara tak terduga justru impian masa lalu yang tertuang dalam bentuk cerita itu telah mewujud dalam kehidupan nyata yang kini dia alami. Tak heran jika, Shita Dewi ingin tetap menulis, dengan keyakinan bahwa menulis akan membawanya pada perwujudan dari impian-impiannya. Melihat, Berpikir, Inspirasi, Berbuat, Menjadi

View Full Profile →

%d bloggers like this: