//
you're reading...
Enlightenment Corner

[enlightenment] : Mengelola Emosi Diri

emotional-energy

Setelah menyadari pentingnya kecerdasan emosional maka tindakan berikutnya adalah bagaimana caranya mengelola emosi ?

Sebenarnya apa sih definisi dari emosi?

Definisi Emosi

Kata “emosi” diturunkan dari kata bahasa Perancis, émotion, dari émouvoir, ‘kegembiraan’ dari bahasa Latin emetus yang berarti mencerca atau emovere yang berarti bergerak menjauh, yaitu sesuatu yang mendorong terhadap sesuatu ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi

Terdapat beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya emosi adalah sutu respons terhadap suatu perangsang yang menyebabkan perubahan fisiologis disertai perasaan yang kuat dan biasanya mengandung kemungkinan untuk meletus. Respons demikian terjadi baik terhadap perangsang-perangsang eksternal maupun internal (Soegarda Poerbakawatja, 1982).

Daniel Goleman (1995) seorang pakar kecerdasan emosional mengatakan bahwa emosi merupakan suatu kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu, setiap keadaan mental yang hebat merujuk kepada sutu perasaan dan pikiran-pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis, dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak.

Sementara itu, Chaplin (1989) dalam Dictionary of Psychology mendefinisikan emosi sebagai suatu keadaan yang tersangsang dari organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam sifatnya dari perubahan perilaku. Ia membedakan emosi dengan perasaan, dan mendefinisikan perasaan (feelings) adalah pengalaman disadari yang diaktifkan baik oleh perangsang eksternal maupun bermacam-macam keadaan jasmani.

Jika di analogikan bahwa langit adalah cakrawala pikiran, maka langit yang diliputi hujan dan badai, langit yang cerah dengan sinar matahari yang terang, langit yang berawan mendung karena akan turun hujan adalah pikiran yang diwarnai dengan emosi. Sedih, ceria, marah dan lain sebagainya. Seperti halnya cuaca, emosi bersifat temporer, sesaat atau keadaan individu pada waktu terjadinya rangsangan/stimulu. Emosi biasanya ditimbulkan oleh rangsangan dari luar sebagai respon. Pengungkapan emosi umumnya diarahkan pada lingkungan yang menimbulkan dorongan dari dalam dan reaksinya ditujukan pada obyek tertentu saja. Reaksi atas suatu kejadianatau individu tertentu yang berpengaruh pada pikiran, dalam jangka panjang, emosi yang dominan dirasakan seseorang akan membentuk karakter seseorang tersebut.

Jenis Emosi dan Respon Manusia

Secara garis besar emosi manusia dibedakan dalam dua bagian yaitu

  1. Emosi positif (emosi yang menyenangkan), yaitu emosi yang menimbulkan perasaan positif pada orang yang mengalaminya, diantaranya adalah cinta, sayang, senang, gembira, kagum dan sebagainya.
  2. Emosi negatif (emosi yang tidak menyenangkan), yaitu emosi yang menimbulkan perasaan negatif pada orang yang mengalaminya, diantaranya adalah sedih, marah, benci, takut dan sebagainya.

Menghadapi emosi positif yang perlu dilakukan adalah menerima emosi tersebut untuk kemudian disyukuri supaya emosi positif ini memberikan pengaruh positif pada motivasi seseorang, memperkuat motivasi seseorang untuk kemudian berperilaku positif demi tujuan yang positif pula. Emosi positif apabila dikelola secara positif demi tujuan positif tentunya akan berpeluang memberikan dampak hasil yang positif.

Like attracts like,..positive for positive

Nah, untuk menghadapi emosi negatif, hal yang umum dilakukan seseorang adalah sebagai berikut :

  1. Mengalihkan perhatian atau distraksi
  2. Memblock/menahan tekanan emosi
  3. Mengeluarkan tekanan emosi dari system diri

Cara no.1 dan no.2 adalah cara yang paling sering dilakukan oleh kebanyakan orang jaman sekarang, tak heran jika kasus kecanduan narkoba dan bullying sebagai cara pelampiasan dan akar dari siklus emosi negatif menjadi masalah yang sulit untuk diminimalisir.

Mengalihkan perhatian dari emosi negatif dalam batasan tertentu dan dengan jalur tertentu mungkin bisa bermanfaat untuk mengurangi ganjalan emosi negatif dalam hati seperti dengan menonton tv, berlibur, menyibukkan diri, membaca, aktif olahraga dll. Namun, sifatnya hanya sementara,dan tidak menyelesaikan akar masalah. Di saat yang sama, mengalihkan perhatian emosi negatif secara berlebihan dengan cara yang salah juga berpotensi untuk memperburuk kondisi emosi yang bersangkutan. Dapat berdampak negatif pada orang lain dan lingkungan sekitar serta pada diri sendiri. Seperti mencoba mematikan api dengan bensin. Itulah yang terjadi ketika lari dari emosi dengan mengkonsumsi obat-obat terlarang, kecanduan alcohol, kecanduan seks dll

Cara kedua, yaitu menekan emosi juga sering jadi pilihan untuk memperlakukan emosi negatif yang hadir. Padahal, emosi negatif yang ditekan akan menekan balik dengan tekanan yang lebih besar. Seperti hukum Pascal yang menjelaskan besarnya tekanan balik sama besarnya dengan bidang dan kekuatan tekanan. Seseorang yang terlalu sering menekan emosi dalam skala yang besar, jelas akan mempengaruhi kondisi kejiwaan dan kesehatan yang bersangkutan. Bahkan penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat oleh para ahli dari Harvard School of Public Health dan The University of Rochester mengungkapkan bahwa risiko kematian dini akibat beberapa penyakit fatal meningkat hingga 35 persen pada mereka yang jarang mengungkapkan perasaan dan emosi mereka. Hasil ini justru terjadi sebaliknya pada mereka yang secara teratur mengungkapkan emosi mereka. Masih mau coba untuk menekan emosi negatif di dalam diri?

Cara yang terakhir yaitu melepas atau me-release sesungguhnya adalah kemampuan alami (fitrah) yang dimiliki manusia yang sering kita lihat pada anak kecil yang polos, bebas kepentingan, seperti menangis ketika sedih, marah, berteriak, memukul, berlari, curhat atau apa saja untuk mengeluarkan tekanan sehingga kita merasa lega sesudahnya. Rasa lega mengindikasikan bahwa kita berhasil mengeluarkan tekanan yang tadinya terperangkap dalam system diri. Hambatan terjadi tatkala lingkungan kurang mendukung untuk pelepasan emosi negatif ini. Melepas inilah cara memanajemen emosi yang sehat nyaman dan aman untuk dilakukan.

Mengingat bahwa menjadi dewasa justru mempersulit pelepasan emosi, maka dibutuhkan kemauan (willingness) dan kemampuan (skill) untuk melepas emosi tanpa beresiko menyimpan residu emosi di dalam diri.

Dampak Emosi dan Manfaat Pengelolaan Emosi

Anda pernah liat iklan layanan telekomunikasi yang menggambarkan sulitnya menjadi orang dewasa, yang diperankan oleh anak-anak kecil? Iklan satir namun cerdas karena tepat dalam menguak fakta bagaimana orang dewasa sering membelenggu dirinya pada citra-citra demi penerimaan mereka dalam lingkungan masyarakat. Ironis, citra-citra yang dianggap penyelamat harkat martabat pada akhirnya justru jadi penghambat dalam pengelolaan emosi. Kata siapa “Jaim” itu enak,…? ^^

Lalu bagaimana dengan psikosomatis, pernahkah anda mendengarnya? Psikosomatis adalah penyakit tubuh fisik yang disebabkan oleh faktor psikis. Sakit pikiran yang dimaksud disini adalah kondisi pikiran yang tidak tenang, stress, tertekan, diiringi munculnya emosi-emosi negatif seperti marah, kecewa, dendam, benci, perasaan bersalah, malu, takut, sedih, dan terluka, apabila tidak segera ditangani akan mengalami gangguan pada fisik dengan syntom yang sama dengan penyakit karena faktor organis. Dengan kata lain emosi mempengaruhi tubuh fisik. Bila syntom ini tidak segera diatasi dan bertahan cukup lama maka akan mengakibatkan perubahan fisik yang dapat bersifat permanen. Menurut catatan The American College of Family Physicians, memperkirakan bahwa 90% penyakit disebabkan oleh faktor psikis, bukan organis (Adi W Gunawan, 2012)

Penjelasan mengapa emosi negatif yang tak terkelola dengan baik bisa menyebabkan psikosomatis adalah pikiran dan tubuh bukanlah bagian yang terpisah, namun justru suatu kesatuan. Apa yang terjadi di pikiran dan apa yang terjadi di tubuh tidak dapat dipisahkan, saling terkait dan mempengaruhi. Dianne Connelly dalam bukunya Traditional Acupunture : The Law of Five Elements mengatakan bahwa setiap organ tubuh saling terhubung dan saling mempengaruhi. Beberapa penelitian yang meneliti tentang hubungan pikiran, emosi dan tubuh mengungkapkan beberapa hal sebagai berikut:

  • Pikiran dan tubuh saling terhubung dan saling menpengaruhi. Bagaimana kita merasa secara emosi dapat menentukan bagaimana kita merasa secara fisik
  • Emosi tertentu mengakibatkan pelepasan hormon tertentu di tubuh fisik yang dapat memicu terjadinya berbagai macam penyakit fisik
  • Para peneliti secara langsung dan ilmiah menghubungkan emosi dengan hipertensi, penyakit kardiovaskular, dan penyakit yang berhubungan dengan system kekebalan tubuh. Penelitian juga menemukan korelasi yang signifikan antara emosi dengan infeksi, alergi dan penyakit autoimun.
  • Secara khusus, penelitian telah menghubungkan emosi negatif seperti depresi, dengan meningkatnya resiko kanker dan penyakit jantung
  • Emosi seperti cemas dan takut mengakibatkan detak jantung menjadi tidak teratur, prolaps katup mitral, IBS (gangguan umum pada usus besar yang biasanya menyebabkan kejang, nyeri pada area perut, perut kembung, diare dan konstipasi), sakit kepala dan juga banyak penyakit lainnya.

Emosi terletak di pikiran bawah sadar, tepatnya di nir sadar, di dalam system limbic yaitu amygdala, komponen otak yang menyimpan memori emosional. Karena pusat emosi berada di pikiran bawah sadar-nir sadar maka kebanyakan penyakit psikosomatis terjadi karena adanya penumpukan dalam pikiran bawah sadar.

Banyak yang berpikir bahwa waktu akan selalu bisa menyembuhkan luka batin akibat emosi negatif.

Time will tell, and time heal all wounds. Well the bad news is,…the sub conscious mind it’s like a big server which save all. The good and bad ones also,..

Dengan membiarkan emosi begitu saja seiring berjalannya waktu, berharap terselesaikan dan berangsur-angsur bisa melupakan peristiwa yang membuat emosinya terganggu, yang terjadi justru bisa sebaliknya karena lupa bukanlah indicator selesainya masalah dan terlepasnya emosi negatif dari dalam system diri. Emosi negatif yang disimpan di dalam diri tanpa diproses terlebih dahulu menjadi netral, bisa berpotensi menjadi tumpukan emosi negatif. Tumpukan emosi negatif inilah bisa menjelma menjadi berbagai gangguan emosi dan perilaku, menciptakan engram, program pikiran yang menyebabkan masalah. (engram, lihat sharing from therapy room : Halau Galau)

Berikut ini adalah beberapa hal yang bisa menjadi tanda adanya tumpukan emosi negatif :

  • Dada merasa sesak dan sakit tatkala berusaha mengingat suatu kejadian atau orang dimasa lalu
  • Gangguan sulit tidur, insomnia
  • Sering mimpi buruk
  • Mendendam walaupun sudah berusaha memaafkan dan berfikir positif
  • Gangguan sakit kepala yang akut
  • Kelelahan
  • Kemarahan
  • Masalah pada daya ingat
  • Lebih sering mengalami alergi
  • Sulit konsentrasi
  • Menekan kerja system pencernaan, system reproduksi, dan proses pertumbuhan
  • Mengingkatkan akumulasi atau penimbunan lemak
  • Bertindak agresif tanpa ada alasan yang jelas.
  • Kesulitan merasakan rasa bahagia.
  • Munculnya gangguan fisik tertentu setiap memikirkan suatu hal.
  • Tiba-tiba kesulitan fokus, pikiran melayang dan loncat-loncat.
  • dll

Singkat cerita, bila tekanan atau penumpukan emosi negatif terus berlangsung dan mencapai level kronis, maka tubuh akan mulai rusak dan muncul berbagai penyakit.

Tak hanya bepengaruh ke tubuh fisik, jika tumpukan emosi negatif ini terus disimpan dampaknya akan berpengaruh ke banyak bidang kehidupan seperti sisi pekerjaan misalnya tumpukan emosi negatif akan membuat seseorang kurang konsentrasi dan cenderung emosional sehingga berakibat menurunkan kinerja dan produktifitas. Karena itu seseorang perlu belajar cara untuk melepaskan tumpukan emosi negatif itu satu demi satu tanpa kemudian justru menambahkan atau menyimpan emosi negatif lagi.

Lalu bagaimana cara melepaskan tumpukan emosi yang sudah terlanjur lama terpendam dalam pikiran bawah sadar? Ada beberapa cara diantaranya dengan melakukan meditasi, EFT-Emotional Freedom Technique, melakukan olah raga, mengikuti workshop pengembangan diri, retreat rohani, berlibur, mendengarkan music, melukis, menari, bermain musik atau minta bantuan professional seperti psikiater, psikolog dan hypnotherapis klinis untuk menjaga prosesnya tetap aman dan efektif.

Pilihan di tangan anda,…termasuk perlu tidaknya mengelola emosi demi kebaikan anda sendiri, secara fisik dan psikis.

Semoga bermanfaat

Surabaya, 24 September 2013

About shitadewi

D.Rishita Dewi | @shitadewi Shita Dewi, panggilan akrab dari Dian Rishita Dewi, adalah seorang yang selalu jatuh cinta pada kehidupan yang ada di sekelilingnya, baginya semesta adalah sumber inspirasi yang tak kunjung habis untuk dicermati, dipahami, diselami dan dituliskan kembali,… Dengan menulis, Shita Dewi yang lahir di tanggal 11 Januari 1977 ini percaya bahwa menulis adalah bagian dari penyelarasan antara jiwa dengan raganya, antara hati dengan alam pikir dan imajinasinya, penyeimbang ditengah kegiatannya sebagai wanita karir yang mengabdi di salah satu perusahaan Astra Group, certified hypnotherapist dan trainer seminar-workshop hypnotheraphy dan part-timer coach Marketing, konselor Tarot serta sebagai seorang istri dari George Erlangga Siregar. Sejak kecil Shita Dewi memilih menulis sebagai sarana untuk mewujudkan impian masa kecilnya meskipun hanya dalam bentuk buku harian yang beberapa diantaranya sempat dimuat di majalah sekolah dalam bentuk cerita pendek, namun secara tak terduga justru impian masa lalu yang tertuang dalam bentuk cerita itu telah mewujud dalam kehidupan nyata yang kini dia alami. Tak heran jika, Shita Dewi ingin tetap menulis, dengan keyakinan bahwa menulis akan membawanya pada perwujudan dari impian-impiannya. Melihat, Berpikir, Inspirasi, Berbuat, Menjadi

Discussion

No comments yet.

Leave a Reply

Please log in using one of these methods to post your comment:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

September 2013
M T W T F S S
 1
2345678
9101112131415
16171819202122
23242526272829
30  

Pages

MindEvolution Theraphy

+6289678416066
Mon-Fri : 19.00-23.00
Saturday: 15.00-18.00

Statistik Blog

  • 22,323 hits

Twitter Updates

  • Pak, ngaku KW malah makin parah lho,.. Sebagai pejabat malah perlu kasih contoh yg baik KW kan melanggar hak cipta… twitter.com/i/web/status/1… 1 week ago
  • RT @IamPrasPrasetja: Teman² ini namanya financial abuse alias kekerasan yang berhubungan sama keuangan. Ciri umumnya kamu memiliki perasaa… 1 week ago
  • RT @jellypastaa: caption video diatas tertulis; 'singing for a female that would never come' kauai o'o adalah burung pengisap madu hawaii… 1 week ago
  • RT @jellypastaa: TW// SAD 💔 ⚡Daily Quick Fact; saat menjelang kepunahannya, spesies burung kauai o'o bernyanyi terakhir kalinya memanggil… 1 week ago
  • RT @BBCIndonesia: Dua tahun berjalan program lumbung pangan nasional di Kalimantan Tengah, hasilnya: gagal. Kebun singkong 600 hektare mang… 1 week ago

@shitadewi

shitadewi

shitadewi

D.Rishita Dewi | @shitadewi Shita Dewi, panggilan akrab dari Dian Rishita Dewi, adalah seorang yang selalu jatuh cinta pada kehidupan yang ada di sekelilingnya, baginya semesta adalah sumber inspirasi yang tak kunjung habis untuk dicermati, dipahami, diselami dan dituliskan kembali,… Dengan menulis, Shita Dewi yang lahir di tanggal 11 Januari 1977 ini percaya bahwa menulis adalah bagian dari penyelarasan antara jiwa dengan raganya, antara hati dengan alam pikir dan imajinasinya, penyeimbang ditengah kegiatannya sebagai wanita karir yang mengabdi di salah satu perusahaan Astra Group, certified hypnotherapist dan trainer seminar-workshop hypnotheraphy dan part-timer coach Marketing, konselor Tarot serta sebagai seorang istri dari George Erlangga Siregar. Sejak kecil Shita Dewi memilih menulis sebagai sarana untuk mewujudkan impian masa kecilnya meskipun hanya dalam bentuk buku harian yang beberapa diantaranya sempat dimuat di majalah sekolah dalam bentuk cerita pendek, namun secara tak terduga justru impian masa lalu yang tertuang dalam bentuk cerita itu telah mewujud dalam kehidupan nyata yang kini dia alami. Tak heran jika, Shita Dewi ingin tetap menulis, dengan keyakinan bahwa menulis akan membawanya pada perwujudan dari impian-impiannya. Melihat, Berpikir, Inspirasi, Berbuat, Menjadi

View Full Profile →

%d bloggers like this: